Senin, 09 September 2019

Tangga Langit


Setiap orang memliki mimpi yang ingin diwujudkan. Benih-benih itu tumbuh dan mungkin saja beranak pinak dalam harap yang dilangitkan. Aku pun juga menanam mimpi, benihnya tersemai di depan rumah agar kelak menjadi pohon yang bisa memberi keteduhan. Merawat benih mimpi sungguh menyenangkan, setiap hari aku menyiramnya dengan keringat. Berharap segera menjelma pohon yang kuat mengakar, lebat meneduhkan, serta manis berbuah dirasakan. Selain siraman keringat, setiap pagi aku juga memupuknya dengan sekarung semangat.
Berangsur-angsur benih itu menjelma pohon. Aku mulai nyaman merebahkan diri dibawahnya, mengintip biru muda di sela-sela hijau tua yang menyegarkan mata. Biru bagiku adalah imajinasi tak bertepi, tiap kali menatapnya anganku mengembara entah kemana. Memandang langit memang tak  pernah ada habisnya, tapi membiarkan imajinasi terus berkelana kadang juga membebani jiwa. Jadi, hijau tua sudah tepat ada sebagai penenang akan liarnya angan.
Kokohnya sebatang pohon tak akan berarti tanpa buah yang bisa dipetik. Merebah lelah dibawah rindangnya dedaunan tak akan lengkap tanpa buah manis yang bisa dirasakan. Tapi mengapa pohon mimpi yang aku rawat tak berbuah sama sekali? Adakah yang salah dengan pupuknya? Atau mungkin dia butuh lebih banyak keringat? Ribuan pertanyaan berkerumun di kepala, apa kabar buah mimpi? Kapan nyata menghampiri?
“Gantungkan mimpimu setinggi langit”. Ah, bagaimana bisa aku gantungkan jika mimpiku saja tak berhasil tumbuh. Sudah hampir putus asa karena pohon mimpiku tak berbuah. Kupandangi pohon itu lekat-lekat, betapa harapan telah aku tumpahkan, segala angan berusaha aku tumbuhkan, keringat telah aku siramkan, semangat juga terus aku berikan. Bagaimana bisa kugapai langit tanpa buah mimpi?
Kalutnya pikiran mengantarkanku pada sebuah keputusan untuk menebang pohon itu. Aku harus mencapai langit. Kegagalan satu rencana tak boleh menghentikan langkah untuk menggapai asa. Rencanaku kali ini harus berhasil, kayu dari pohon mimpi akan kujadikan tangga menuju langit. Satu persatu pijakannya adalah keringat dan semangat yang aku kumpulkan setiap hari. Tangga itu adalah pijakanku menuju luasnya cakrawala.
“Biar aku sendiri yang akan melangitkannya, tak mengapa hanya tumbuh di jiwa tapi kubawa mengangkasa. Menuju langit memijak tangga”